BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
disiplin merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya yaitu berkait antara
pengetahuan, sikap dan perilaku, kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, kebebasan,
rasa kasih sayang, tolong menolong dan sebagainya adalah beberapa aturan
disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui, disikapi dan
ditegakkan oleh para siswa.
Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa (1) disiplin dipertimbangkan
sebagai kecenderungan dari para peserta didik menyetujui harapan para guru, (2)
disiplin merupakan alat bantu menumbuhkan gagasan mutakhir dan seleksi
praktik-praktik baru, dan (3) pelayanan yang layak cenderung menumbuhkan
kualitas disiplin.
B.
Tujuan Pembahasan
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat:
1.
Mengetahui
pengertian disiplin kelas dan punishment,
2.
Mengetahui
dari mana saja sumber-sumber pelanggaran,
3.
Mengetahui
apa itu peraturan dan tata tertib kelas,
4.
Mengetahui
apa itu disiplin pada level sekolah dan kelas,
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Disiplin dan Punisment
Disiplin berasal dari bahasa latin, Discere
yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti
pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan
makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan
terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua
disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat
berperilaku tertib. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan
pada peraturan (tata tertib).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
disiplin adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang
mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Reward and Punisment diartikan sebagai
pemberian penghargaan dan hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan
dalam bentuk materi saja termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang
dipandang disiplin dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan
teguran atau hukuman kepada guru yang sering terlambat masuk kelas.
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan
atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk
peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan
dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan
membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang.
B.
Sumber Pelanggaran
Siswa
yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus
dicapainya, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajarnya itu. Adapun faktor-faktor itu dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Faktor
internal, ialah faktor yang timbul dari dalam
anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan
sebagainya.
2.
Faktor
eksternal, ialah faktor yang datang dari luar
diri si anak. Seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan
sebagainya.
Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin kelas itu sangat
unik, bersifat sangat pribadi, kompleks dan kadang-kadang mempunyai latar
belakang yang mendalam lain dari pada sebab-sebab yang nampak. Ketidak
teraturan selama proses belajar mengajar dapat disebabkan juga oleh masalah
yang ditimbulkan oleh para peserta didik. Walaupun demikian, memang ada juga
sebab-sebabnya yang bersifat umum, misalnya:
1)
Kebosanan
dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin. Mereka tidak tahu lagi apa
yang harus mereka kerjakan karena yang dikerjakan itu ke itu saja. Oleh karena
itu, harus diusahakan agar siswa tetap sibuk dengan kegiatan yang bervariasi
sesuai dengan taraf perkembangannya.
2)
Perasaan
kecewa dan tertekan karena siswa dituntut untuk bertingkah laku yang kurang
wajar sebagai anak remaja.
3)
Tidak
terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengalaman atau keberadaan pribadi
siswa/status.
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu masalah individual dan malah kelompok.
Rudlof Dreikurrs dan pearl cassel membedakan empat kelompok masalah
pengelolaan kelas individual yang didasarkan pada asumsi bahwa semua tingkah
laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk
diterima kelompok dan kebutuhan untuk diterima kelompok. Bila kebutuhan ini
tidak tercapai melalui cara-cara yang lumrah, maka individu yang bersangkutan
akan berusaha mencapainya dengan cara-cara yang lain. Perbuatan-perbuatan untuk
mencapai tujuan dengan cara asosial tersebut adalah:
a.
Tingkah
laku yang ingin memdapatkan perhatian
orang lain. Misalnya membadut dikelas.
b.
Tingkah
laku yang ingin menunjuikan kekuatan. Misalnya selalu mendebat, atau kehilangan
kenadli dan marah-marah.
c.
Tingkah
laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Misalnya berkelahi.
d.
Peragaan
ketidak mampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melukan
apapun karena yakin bahwa hanya keggalan yang menjadi bagiannya.
Lois V Johnson
dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam kedisiplinan
pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.
Kelas
kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkatan
sosio-ekonomi, dan sebagainya.
b.
Kelas
mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya. Misalnya, mengejek anggota
kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang.
c.
Membesarkan
hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. Misalnya, pemberian
semangat pada badut kelas.
d.
Kelompok
cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
e.
Semangat
kerja yang rendah. Misalnya, semacam aksi protes kepada guru karena menganggap
tugas yang diberikan kurang adil.
f.
Kelas
kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal
atau guru kelas terpaksa diganti sementara waktu.
C.
Peraturan
dan Tata Tertib Kelas
Sikap
disiplin yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya adalah suatu tindakan untuk
memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut diklasifikasikan
menjadi:
a.
Nilai-Nilai
Keagamaan atau Nilai-Nilai Kepercayaan
b.
Nilai-Nilai
Tradisional
c.
Nilai-Nilai
Kekuasaan
d.
Nilai-Nilai
SubjektifNilai-Nilai Rasional.
Dalam
semangat pendekatan pendidikan disiplin hendaknya memiliki basis kemanusiaan
dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan demokrasi berfungsi
sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dala mengambil kebijakan yang
berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan
oleh guru harus:
a.
Menggambarkan
prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan
kemanusiaan;
b.
Mengembangkan
dan membentuk profesionalisme personel dan sosial lulusan;
c.
Merefleksikan
tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik;
d.
Menumbuhkan
kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan guru dan peserta didik tanpa
ada kecurigaan dan kecemasan;
e.
Menghindari
perasaan beban berat an rasa terpaksa dikalangan para peserta didik.
Menegakkan
disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan siswa.
Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin memberi kemerdekaan yang lebih
besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, juga kalau
kebebasan siswa terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan
berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Disekolah disiplin banyak
digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas
di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
Disiplin
merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini
mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatih dan memahami pentingnya
disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib
kelasyang diterapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka
siswa akan terbiasa berdisiplin.
Disiplin
merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini
mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatihkan dan memahami pentingnya
disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas
yang diterapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus-menerus maka siswa
akan terbiasa berdisiplin.
Kelas
harus mempunyai peraturan dan tata tertib. Peraturan dan tata tertib kelas ini
harus dijelaskan dan dicontohkan kepada siswa serta dilaksanakan secara terus-menerus.
Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang
diharapkan terjadi pada siswa.
D.
Disiplin pada Level Sekolah dan Kelas
Sekolah,
dalam upaya menciptakan disiplin secara nyata sudah barang tentu akan berusaha
dan melinatkan berbagai unsur atau pihak. Misalnya: dalam guru dalam
memberdayakan semua kebijakan; usaha mengidentifikasi secara jelas sebab-sebab
siswa berperilaku menyimpang; bekerja sama secara erat dengan orang tua, dan
para pembina atau pendamping sekolah. Sekolah juga menggunakan beberapa
pendekatan untuk menanggulangi perilaku menyimpang para siswa melalui manajemen
pembelajaran atau kurikuler.
Beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya problema disiplin adalah kegaduhan,
corak suasana sekoah, pengaruh komunitas yang tidak diinginkan, ketidak
teraturan dan ketidak ajegan dalam menerapkan peraturan atau hukum. Tipe-tipe
penanggulangan problema disiplin ini biasanya didekati oleh pendekatan teknik
manajerial. Misal, Kepala Sekolah dapat meminta staf sekolah, pembina, dan guru
untuk mengetahui para siswa dan latar belakangnya, menyusun jadwal sebaik
mungkin sehingga tidak terjadi satu kegiatan mengganggu kegiatan lain atau
kegiatan berfluktuasi pada saat yang sama, menciptakan suasana seperti di rumah
sendiri dengan memodifikasi sekolah secara artistik dengan tanaman hidup agar
para siswa betah tinggal di sekolah. Sekolah juga dapat mengurangi problema
timbulnya gangguan disiplin dengan menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan
komunitas lingkungan sekitar dan aparat keamanan lingkungan. Hubungan kerjasama
tersebut seperti memberi kesempatan tersebut seperti memberi keempatan kepada
masyarakat sekitar memanfaatkan sebagai fasilitas sekolahdan melibatkan mereka
untuk ikut serta membangun wilayah sekitar.
Disamping
itu sekolah secara teratur menyampaikan laporan dan meminta laporan kepada
aparat keamanan. Memberi laporan tentang kegiatan sekolah, misal laporan
kegiatan penerimaan dan pengumuman penerimaan siswa baru, pengumuman kelulusan
evaluasi belajar nasonal (EBTANAS), acara pekan olah raga dan seni dan
sebagainya. Meminta laporan tentang situasi keamanan pada setiap saat, dan
memberi kesempatan kepada yang berwajib memberi penyuluhan tentang gerakan
disiplin nasional, bahaya narkotik, tertib lalu linas dansebagainya. Banyak
sekolah menghadapi bermacam-macam gangguan disiplin karena adanya watak suka
merusak, perbuatan merusak fasilitas sekolah, merokok, dan penggunaan obat-obat
terlarang dari para siswanya.
Unsur
utama dalam situasi belajar mengajar pada tingkatan sekolah, adalah kepatuhan.
Perangsang atau stimulus, datangnya dari guru dalam membentuk pertanyaan
atau tugas. Murid hanya menjawab atau melakukannya. Inisiatif anak sebisa
mungkin dihambat. Disiplin, terutama bersifat negative dan jalannya pelajaran.
Kebanyakan cara-cara mengajar masih dalam tingkatan seperti ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang
berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran
atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam
beberapa pengertian. Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian
penghargaan dan hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk
materi saja termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang
disiplin dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan teguran
atau hukuman kepada guru yang sering terlambat masuk kelas.
Masalah
pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan malah kelompok.
Menegakkan
disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan siswa.
Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin memberi kemerdekaan yang lebih
besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, juga kalau
kebebasan siswa terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan
berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Disekolah disiplin banyak
digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas
di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
Dalam
prinsip pengajaran yang seringkali diterapkan adalah, bahwa unsur utama dalam
situasi belajar mengajar pada tingkatan sekolah, adalah kepatuhan. Perangsang
atau stimulus, datangnya dari guru dalam membentuk pertanyaan atau tugas. Murid
hanya menjawab atau melakukannya. Inisiatif anak sebisa mungkin dihambat.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong. Michael, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991
Roestiyan. Masalah-masalah Ilmu Keguruan,
Jakarta: Bina Aksara, 1982
Imron. Pembinaan Guru di Indonesia,
Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995
Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009
Arikunto Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1993
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asli Mahasatya,
2004
Nasution, dkk. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Jones, Vern. Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012
makasih teh
BalasHapus