Aku akan lebih suka melihat sahabatku dan memandangi mereka karena
aku menginginkannya. Begitu juga aku mengharapkan dari mereka. Ketika sahabat
dalam kehidupan ini telah melihat keseluruhan hakikat sahabatnya, persahabatan
mereka akan semakin terjalin lebih erat di dunia selanjutnya. Mereka akan
segera mengenali satu sama lain. Mengetahui betapa mereka telah bersama-sama di
dunia ini. Mereka akan dengan cepat berpegangan karena seseorang dengan
cepat dapat kehilangan sahabatnya.
Tidaklah engkau lihat betapa di dunia ini engkau cepat menjadi sahabat seseorang?
Di dalam pendapatmu orang adalah suri teladan kebajikan seperti Yusuf.
Kemudian, karena satu perbuatan buruk yang tidak menguntungkannya, dia berubah
menjadi sosok dalam pandanganmu dan hilang dari sisimu selamanya. “Yusuf”
berubah menjadi srigala. Orang serupa yang pernah engkau anggap sebagai “Yusuf”
sekarang terlihat sebagai srigala. Bahkan apabila bentuknya tidak berubah dan
dia orang sama yang pernah engkau lihat, dengan kebajikan kebetulan ini engkau
tetap akan merasa kehilangan dirinya.
Kelak, ketika hari kebangkitan tiba dan hakikat kehidupan ini
berubah menuju hakikat lain, dan engkau tidak mampu untuk mengetahui seseorang
dengan baik dan tidak memaksakan dirimu masuk ke dalam hakikatnya, engkau tidak
akan mampu untuk mengenalinya di kehidupan yang akan datang. Inti pernyataan ini
ialah bahwa kita mesti melihat satu sama lain lebih mendalam dan masuk
melampaui sifat baik dan buruk yang menempel pada diri manusia. Kita mesti
masuk dan melihat hakikat satu sama lain. Karena sifat-sifat yang membedakan manusia dari yang lainnya,
bukanlah sifat sejati mereka.
Mereka menceritakan tentang seseorang yang berkata, “aku mengetahui
si anu dan si anu dengan baik. Aku mampu mengatakan kepadamu seperti apa dia.
”ketika diminta untuk menjabarkannya dia mengatakan, “dia penggembalaku dan dia
memiliki dua ekor sapi. Dan sampai hari ini masih demikian.”
Mungkin saat ini seseorang mengatakan bahwa mereka telah melihat
sahabatnya dan mengetahui dengan baik. Namun jika mereka diminta untuk
menggambarkan pengenalannya, penjelasannya tidak akan beranjak dari cerita
tentang dua ekor sapi, yang sama sekali bukan penjelasan tentang orang itu.
Orang mesti pergi melampaui sifat baik dan buruk manusia, lalu masuk ke dalam
hakikat untuk mengetahui seperti apa dia secara hakikat. Itulah yang disebut
“penglihatan” dan “pengetahuan” sejati.
Maka
aneh jika ada orang yang bertanya tentang orang suci dan nabi yang terpikat
oleh (serta memperoleh kekuatan dari dan dipengaruhi) dunia yang tidak memenuhi
syarat. Yakni dunia yang tidak memiliki tempat ataupun bentuk, juga tak dapat
dijabarkan. Mereka selalu berada di dunia itu. Ketika seseorang mencintai yang
lain, dia memperoleh kekuatan, rahmat, manfaat, pengetahuan, pemikiran,
ketenangan, kebahagiaan dan duka lara darinya.