Minggu, 21 April 2013

Pendekatan Pembelajaran Bahasa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Kata Pengantar
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling ampuh untuk menjalin hubungan antara satu dengan yang lain, antara bangsa dengan bangsa lain. Dalam mempelajari bahasa, tidaklah mudah oleh karenanya diperlukan salah pendekatan, metode, dan tehnik.
Dalam pendekatan ini yang menjadi acuan adalah kebutuhan akan bahasa siswa, bagaimana seorang siswa mampu berkomunikasi secara baik sesuai dengan fungsi bahasa itu sendiri jadi bukan tata bahasa.  Di sini  yang menjadi pusat kegiatan adalah siswa bukanlah guru, guru hanya sebagai pengawas atau motivator.
Pembelajaran bahasa di sekolah harus berjalan ke arah kebijaksanaan yang telah disusun sebelumnya dalam bentuk kurikulum. Buku ajar atau buku pelajaran  yang merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas, juga harus disusun berdasarkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh kurikulum nasional.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa itu pendekat pembelajaran bahasa?
2.      Apa itu pendekatan humanistik ( Insani )?
3.      Apa itu pendekatan  Pendekatan Berbasis Media ( Taqoni )?
4.      Apa itu pendekatan  Audio-Lingual (Sam’i Syafawi )?

 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan adalah seperangakat asumsi-asumsi yang antara satu dan lainnya saling terkait. Asumsi-asumsi ini sangat berhubungan dengan karakter bahasa dan karakter proses pengajaran serta pembelajarannya. Pendekatan juga bisa diartikan dengan cara pandang dan bisa juga diartikan sebagai rencana menyeluruh yang berhubungan erat dengan penyajian materi pelajaran secara teratur.
Dalam pembelajaran bahasa terdapat istilah yang selalu dipakai, yaitu: Pendekatan, metode, dan teknik. Ketiga istilah tersebut mempunyai hubungan secara hirarki. Hubungan ini menggambarkan bahwa teknik merupakan suatu hasil dari metode yang selalu konsisten dengan pendekatan.

Menurut Edward M. Anthony antara pendekatan, metode dan teknik terdapat suatu urutan yang tetap, artinya dari pendekatan dapat timbul metode, dan dari metode dapat timbul suatu teknik. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa itu didasarkan atas sifat alamiah bahasa, yang mana pendekatan itu bersifat aksiomatik, melukiskan pengajaran bahasa menurut kodratnya.
Adapun dalam pembelajaran bahasa itu terdiri dari tiga pendekatan, yaitu:
2.2 Pendekatan Humanistik ( Insani )
Pendekatan Humanistik adalah sebuah pendekatan yang memberikan perhatian kepada pembelajar sebagai manusia, tidak menganggapnya sebagai benda yang merekam seperangkat pengetahuan, karena manusia pada dasarnya mempunyai kapasitas serta dorongan sendiri untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya.
Pendekatan humanistik lebih menitik beratkan manusia sebagai individu. Guru secara individual sebagai pihak yang menyampaikan ilmu dan siswa secara individual melakukan kegiatan belajar untuk membentuk self concept bagi dirinya sendiri.
Moh. Amin dalam bukunya Humanistik Education menyebut tiga dalil utama dalam pendekatan ini, yaitu:
a)         Persepsi dari seorang individu pada setiap saat menentukan tingkah lakunya.
b)        Persepsi-persepsi tentang dirinya adalah lebih penting dari persepsi-persepsi lainnya yang ada.
c)         Manusia lebih terikat dalam usaha terus-menerus untuk self-fullfilment.
Berdasarkan ketiga dalil tersebut, peranan guru dalam kegiatan pembelajaran ialah berusaha secara terus-menerus untuk membantu peserta didik membangun konsep bagi dirinya sendiri. Untuk maksud-maksud tersebut, maka potensi-potensi yang dimiliki peserta didik perlu diketahui, dirangsang, dan dikembangkan. Pembelajaran bahasa menurut pendekatan ini bertujuan mempererat hubungan antara manusia dengan berbagai ragam budaya dan pengalaman.
Menurut Gage and Berliner terdapat empat tujuan yang mendasar dengan diterapkannya pendekatan humanistik dalam pendidikan:
a)             Mengembangkan self-direction yang positif dan kebebasan (kemandirian) pada diri peserta didik.
b)            Membangun kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari.
c)             Membangun kreativitas.
d)            Membangun rasa keingintahuan, dan
e)             Membangun minat terhadap seni atau menciptakan sensitivitas seni.
Dalam menerapkan pendekatan Humanistik, diperlukan teknik yang sesuai agar hasil yang dicapai juga sesuai. Beberapa langkah operasional pendekatan ini antara lain :
a)             Memberikan penjelasan serta training kepada siswa untuk berlatih menggunakan bahasa dalam berbagai situasi.
b)            Bermain peran (role playing) dengan siswa untuk memberi respon dalam berbagai situasi, seperti bagaimana ketika senang, marah, berharap dan lain-lain.
c)             Guru memberi contoh kepada siswa yang memungkinkan untuk diikuti.
2.3 Pendekatan Berbasis Media ( Taqoni )
Kata media berasal dari kata latin “medius” yang artinya “tengah”. Secara umum, media adalah semua bentuk perantara untuk menyebarkan, membawa atau menyampaikan sesuatu pesan dan gagasan kepada penerima. Media pengajaran secara luas dapat diartikan setiap orang, bahan, alat atau kejadian yang memantapkan kondisi memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, teks dan lingkungan adalah media.
Menurut sejarahnya, media pengajaran pertama kalinya disebut visual-education (alat peraga pandang), kemudian menjadi audio-visual aids (bahan pengajaran), seterusnya berkembang menjadi audio-visual communication (komunikasi pandang dengar), dan selanjutnya berubah menjadi educational technology (teknologi pendidikan) atau teknologi pengajaran, dan dalam bahasa arab dinamakan وسائل الايضاح .
Pendekatan berbasis media adalah pendekatan yang berdasar pada pemanfaatan media dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan ini berpendapat bahwa media sangat berperan dalam menyampaikan pelajaran serta bisa merubah pengalaman belajar menjadi pengalaman yang nyata (terindra). Peranan media itu sangat penting dalam pembelajran bahasa, seperti yang dipaparkan Mudjiono bahwa media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar serta membangkitkan stimulus bagi kemauan belajar.
Prof. Mahmud Yunus juga mengemukakan bahwa media pembelajaran berpengaruh besar bagi indra dan lebih menjamin pemahaman, karna orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat dan jangka waktu pemahamannya dibandingkan dengan mereka yang melihat atau melihat sekaligus mendengarkan.
Sedangkan Dr. Abdul Alim Ibrahim menjelaskan bahwa media pembelajaran sangat penting karena dapat membangkitkan rasa senang dan gembira pada siswa serta memperbaharui semangat mereka, sehingga rasa suka hati mereka akan timbul dan dapat memantapkan pengetahuannya.
Pendekatan berbasis media ini meliputi : 
1.      Media Pembelajaran Aswat ( Bunyi)
Dengan menggunakan media ini guru bisa mengajarkan siswa dimana bunyi itu diucapkan dan bagaimana bunyi itu dihasilkan. Dengan cara menunjuk pada gambar dimana bunyi diucapkan, maka hal ini akan memudahkan siswa menempatkan alat ucapnya sesuai dengan petunjuk pada gambar.



2.      Media Pembelajaran Mufrodat ( Kosakata )
Dalam penyampaian pesan melalui bahasa, pemilihan kosa kata yang tepat merupakan hal penting untuk mengungkapkan makna yang dikehendaki. Dalam mengajar kosakata pada siswa, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan agar pembelajaran tersebut berhasil.Dalam hal ini Ismail Shinny dan Abdullah ( 1984 ) mengatakan bahwa sebaiknya mengajar koskata melalui cara tahapan berikut:
a.         dengan cara menunjuk langsung pada benda (kosakata) yang diajarkan. Sebagai contoh kalau guru mengajarkan kosakata dimana refrensinya ada di dalam kelas maka guru tinggal menunjuk benda tersebut (سبورة) maka guru tidak usah menterjemah kata tersebut, akan tetapi langsung menunjuk pada yang dimaksud, yaitu papan tulis.
b.         dengan memberi gambar dari kosakata yang ingin diajarkan. Contoh apabila guru ingin mengajarkan kosakata tentang, sapi atau kambing, maka guru cukup menunjukkkan gambar dari kosa kata tersebut.
c.         dengan cara memberikan lawan kata “المضاد” ketika guru ingin menyampaikan kosakata كبير maka ia harus memberikan lawan katanya صغير . Dengan cara memberikan definisi dari kosakata yang telah diberikan. Contoh guru memberi kosakata المسجد maka ia cukup memberikan definisinya “”مكان للصلاة والاعتكاف

3.      Media Pembelajara qowaid ( Tata Bahasa )
Sebagai komponen bahasa, tatabahasa merupakan bagian yang berkaitan dengan penataan kata dalam rangkaian kata-kata. Tujuan Pembelajaran bahasa secara garis besar meliputi kata, frasa dan kalimat. Dalam pembelajaran bahasa sekarang ini, komponen ini diajarkan secara wadifi, yaitu tata bahasa fungsional dalam sebuah kalimat yang terintegrasi dalam empat maharoh yang diajarkan, sehingga secara otomatis siswa akan dapat menggunakan pola-pola yang dicontohkan, baik dalam istima’ kalam , qiro’ah dan kitabah.
Kesuksesan media, teknik dan proses pengajaran berdampak pada munculnya orientasi baru pada bidang pengajaran asing. Pendekatan ini bertujuan memberikan cara untuk menjelaskan makna kata, tarkib-tarkib, gambar-gambar, peta, lukisan, menghadirkan contoh nyata, kartu dan lain sebagainya yang bisa membantu memahamkan siswa tentang pesan-pesan kata bahasa asing. Kegunaan media dalam pendekatan ini meliputi media pembelajaran yang bermacam-macam seperti kaset, video, radio, slides dan komputer serta berbagai multimedia pembelajaran.  Penggunaan segala media yang ada tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa kendala dalam pendekatan ini, antara lain :
·         Membutuhkan daya kreatifitas guru yang lebih dalam pemanfaatan media yang ada karena kreatifitas pengajar menentukan kemaksimalan fungsi media sendiri.
·         Tingginya biaya yang harus dikeluarkan guru untuk menyiapkan media yang memenuhi standar yang diinginkan sesuai dengan jumlah pengguna. Seperti penggunaan komputer, kalaupun tersedia namun juga mahal penyediaan software-nya.
2.4 Pendekatan Audio-Lingual (Sam’i Syafawi )
Pendekatan sam’i syafawi adalah pendekatan pembelajaran yang dititik beratkan pada istima’ dan kalam.  Lahirnya pendekatan ini didasari oleh dua hal, yakni :
1)      Studi bahasa yang dilakukan oleh ahli jiwa dan ahli bahasa terhadap bahasa-bahasa lisan Hindia di wilayah Amerika Serikat.
2)      Perkembangan sarana komunikasi antar bangsa yang bisa mendekatkan jarak antara mereka dan adanya kebutuhan mempelajari bahasa asing, tidak hanya digunakan untuk membaca tapi untuk komunikasi langsung antar mereka.
Kedua hal tersebut mendorong untuk melihat kembali fungsi bahasa sebagai alat untuk merealisasikan komunikasi lisan, tidak hanya untuk komunikasi tulisan atau transfer budaya manusia. Setelah mempelajari menyimak dan berbicara, secara berurutan orang berlanjut mempelajari komunikasi tertulis (membaca dan menulis).
Tujuan pendekatan sam’i syafawi adalah sebagai berikut:
Metode ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat simbol-simbol suara yang dikenal oleh anggota masyarakat untuk mengadakan komunikasi diantara mereka. Maka tujuan pokok pengajaran bahasa arab adalah memberi bekal kemampuan bagi selain penutur arab agar mampu berkomunikasi aktif dengan penutur arab dengan berbagai keterampilan dan dalam berbagai situasi.
Dari paparan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa pendekatan ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik belajar berkomunikasi aktif dengan berbahasa Arab dalam situasi apapun.
Pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:
1)      Dapat diterapkan pada kelas-kelas mutawasith
2)      Memberi latihan dan praktik dalam aspek keterampilan menyimak dan berbicara
3)      Cocok bagi tingkatan linguistik para siswa
Sedangkan kekurangannya adalah:
1)        Sangat membutuhkan guru yang terampil dan cekatan.
2)        Ulangan sering kali membosakan serta menghambat pengujian kaidah-kaidah bahasa.
3)        Kurang sekali memberi perhatian pada ujaran atau tuturan spontan.
















1 komentar: